penurunan jumlah
osteoblas pada resorpsi tulang alveolar tikus putih jantan (Rattus
norvegicus) galur Sprague Dawley yang diinduksi LPS
Ketut Virtika Ayu
Bagian Ortodonsia, Fakultas Kedokteran
Gigi, Universitas Mahasaraswati Denpasar
E-mail : drg.virtika@yahoo.com
ABSTRACT
In recent
years, a growing number of Indonesian people perform maintenance on the oral
cavity including periodontitis if not treated will cause alveolar bone
resorption that would lead to bone fractures, tooth loss and the difficulty of
post-orthodontic treatment. The main factors that cause periodontitis is
bacterial plaque. The bacteria that most contribute to the onset periodontitis
is Gram-negative bacteria that will release products including biologically
active endotoxin or lipopolysaccharide (LPS) that causes inflammation and
induce cellular events in periodontal tissues, especially in the alveolar bone.
This stimulation becomes an induced activation function and activity of
osteoclasts increased and decreased number of osteoblasts, which in turn will
lead to the destruction of the alveolar bone inorganic minerals and alveolar
bone resorption. Essential to these problems, the researcher wanted to know
more about the decrease the number of osteoblasts in alveolar bone resorption
in white male rats (Rattus norvegicus), Sprague Dawley strain induced by LPS.
This study is a preliminary study using 6 white male rats Sprague Dawley strain
were divided into two groups: control group (normal rats were not induced LPS)
and the treatment group (induced by LPS) using Post Test Only Control Group
Design. Results showed that the average number of osteoblasts in the treatment
group (37 cells per five field of view) is lower than the control group (76
cells per five field of view). This preliminary study concluded that decreased
the number of osteoblast in alveolar bone resorption in white male rats Sprague
Dawley strain induced by LPS.
Keywords : Osteoblast, alveolar bone
resorption, LPS
PENDAHULUAN
Resorpsi tulang banyak ditemui pada
penyakit periodontal, rheumatoid
arthritis, osteoporosis dan tumor. Pada bidang kedokteran gigi, resorpsi
tulang dapat mengakibatkan tulang mudah fraktur, gigi mudah tanggal, dan
sulitnya fase perawatan dan retensi pasca perawatan ortodontik.
Penyakit periodontal merupakan penyakit umum dan tersebar luas di
masyarakat, bisa menyerang anak-anak, orang dewasa maupun orang tua. Salah satu
bentuk penyakit periodontal adalah keradangan yang menyerang jaringan
periodontal, dapat hanya mengenai gingiva yang disebut dengan gingivitis atau
mengenai jaringan periodontal yang lebih luas (ligamen periodontal, sementum
dan tulang alveolar) yang disebut dengan periodontitis.1
Faktor penyebab utama periodontitis yaitu plak bakteri.2 Sifat
penyakit periodontal ini kurang memberi keluhan rasa sakit, kecuali jika ada
komplikasi yang akut, sehingga sering ditemukan dalam keadaan lanjut.1
Bakteri yang paling banyak berperan terhadap timbulnya periodontitis adalah
bakteri Gram negatif, diantaranya yaitu Porphyromonas gingivalis,
Actinobacillus actinomycetemcomitans, Prevotella intermedia, dan Bacteriodes
forsythus. Bakteri Gram negatif anaerob ini, mengeluarkan produk-produk
diantaranya endotoksin biologi aktif atau lipopolisakarida (LPS) yang menyebabkan
aktivitas biologis sehingga terjadi keradangan yang selanjutnya toksin ini dapat menginduksi kejadian-kejadian seluler
di jaringan periodontal khususnya pada tulang alveolar. Rangsangan ini menjadi
sebuah induksi pengaktifan fungsi dan aktivitas osteoklas yang meningkat dan
penurunan jumlah osteoblas, yang selanjutnya akan menyebabkan rusaknya mineral
anorganik dari tulang alveolar dan terjadilah resorpsi tulang alveolar. Apabila
proses resorpsi ini tidak terkendali maka tulang alveolar yang mendukung gigi
akan berkurang dan menyebabkan gigi goyang dan akibat yang lebih fatal lagi
adalah rasa sakit dan lepasnya gigi dari soketnya.3
LPS adalah salah satu penyebab terjadinya kelainan periodonsium. Bahan
ini merupakan struktur utama dinding sel bakteri Gram negatif yang berfungsi
untuk integritas struktur bakteri dan melindungi bakteri dari sistem pertahanan
imun hospes. LPS bersifat endotoksin yang menginduksi diproduksinya
faktor lokal yaitu sitokin proinflamatori seperti interleukin- 1α (IL-1α), IL-1β,
IL-6, tumor necrosis factor-α (TNF-α) dan eikosanoid yaitu prostaglandin
(PGE2). Prostaglandin dan sitokin proinflamatori mengakibatkan terjadinya
destruksi jaringan periodonsium, dengan cara menstimulasi pembentukan dan
peningkatan aktivitas osteoklas serta penurunan jumlah dan aktivitas osteoblas.4
Tulang secara
kontinyu dibentuk oleh osteoblas dan secara kontinyu diresorpsi ketika
osteoklas menjadi aktif. Osteoblas dijumpai di permukaan luar tulang dan di
rongga-rongga tulang. Sejumlah kecil aktivitas osteoblastik terjadi secara
kontinyu di semua jaringan tulang yang hidup sehingga sedikitnya sejumlah tulang
baru dibentuk secara konstan.5
Mendasar pada permasalahan tersebut, maka peneliti ingin mengetahui
lebih lanjut tentang penurunan jumlah osteoblas pada resorpsi tulang alveolar
tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur
Sprague Dawley yang diinduksi LPS.
Jaringan periodontal tersusun dari komponen matriks ekstraseluler yaitu
kolagen yang berperan dalam proses regenerasi dan kerusakan jaringan. Kolagen
interstisial jaringan periodontal berfungsi untuk penyembuhan dan pembentukan
jaringan baru.6 Jaringan periodontal terdiri atas Dento gingival
junction, sementum, ligamen periodontal dan tulang alveolar.7
Tulang alveolar adalah
tulang yang berongga, tepatnya di samping ligamen periodontal. Lapisan luar
terdiri dari compact bone, lapisan
tengah spongiosa bone, serta lapisan
dasar adalah alveolar bone. Lapisan
luar (compact bone) dan lapisan
tengah (spongiosa/ trabecular bone) tersusun atas lamela-lamela dengan
sistem havers.8
Tulang adalah
jaringan ikat khusus yang terdiri atas materi antarsel berkapur, yaitu matriks
tulang dan tiga jenis sel : osteosit, yang terdapat di rongga-rongga (lakuna)
di dalam matriks; osteoblas, yang menyintesis unsur organik matriks, dan
osteoklas, yang merupakan sel raksasa multinuklear yang terlibat dalam resorpsi
dan remodeling jaringan tulang.9
Penyakit
periodontal adalah suatu inflamasi kronis pada jaringan pendukung gigi
(periodontium). Penyakit periodontal dapat hanya mengenai gingiva (gingivitis)
atau dapat menyerang struktur yang lebih dalam (periodontitis). Gambaran klinis
yang membedakan antara gingivitis dan periodontitis adalah ada tidaknya
kerusakan jaringan periodontal destruktif umumnya dihubungkan dengan keberadaan
dan atau meningkatnya jumlah bakteri patogen spesifik dan adanya kerusakan
tulang.10
Pada
periodontitis, terdapat plak mikroba Gram negatif yang berkolonisasi dalam
sulkus gingiva (plak subgingiva) dan memicu respon inflamasi kronis. Sejalan
dengan bertambah matangnya plak, plak menjadi lebih patogen dan respon
inflamasi host berubah dari keadaan
akut menjadi keadaan kronis. Apabila terjadi kerusakan jaringan periodontal,
akan ditandai dengan terdapatnya poket. Semakin dalamnya poket, semakin banyak
terdapatnya bakteri subgingiva yang matang. Hal ini dikarenakan poket yang
dalam terlindungi dari pembersih mekanik (penyikatan gigi).11
Meskipun
penyakit periodontal diawali oleh kolonisasi bakteri pada permukaan gigi dan
sulkus gingiva, respon tubuh terhadap infeksi tersebut mempunyai peranan dalam
kerusakan jaringan ikat dan tulang. Patogenesis penyakit periodontal merupakan
suatu proses inflamasi yang melibatkan respon imun bawaan (innate immunity) dan imun adaptif / didapat (adaptive immunity).12 Sel-sel fagosit, seperti
polimorfonuklear neutrofil, monosit, dan makrofag yang merupakan sel-sel imun
bawaan, memicu pelepasan mediator-mediator kimia seperti sitokin yaitu TNF dan IL yang mengaktifkan berbagai
sistem seperti sistem komplemen dan respon fase akut.13
Baik
sistem imun dan metabolisme tulang akan melibatkan regulasi sitokin dan
molekul-molekul lainnya dalam jumlah banyak. Saat ini regulasi dari
molekul-molekul tersebut dikaitkan dengan Receptor Activator of Nuclear Factor Kappa B
Ligand (RANKL),
Receptor Activator of Nuclear Factor Kappa B (RANK) dan Osteoprotegerin (OPG).14
Macrophage Colony Stimulating Factors (M-CSF), adalah
salah satu sinyal molekul paling awal yang diidentifikasi pada perkembangan dan
aktivasi osteoklas.14 Sel-sel prekursor osteoklas berasal dari hematopoietic stem cell yang
berdiferensiasi menjadi colony forming
unit for granulocytes and macrophages (CFU-GM) mengekspresikan RANKL dengan
stimulasi oleh M-CSF.12 M-CSF dihasilkan terutama oleh osteoblas
atau sel stromal sumsum tulang dan mengikat reseptor pada pre-osteoklas yang
disebut cFms anggota dari tyrosine kinase
receptor.14 RANKL adalah mediator kunci terjadinya pembentukan
osteoklas. RANKL merupakan membrane-bound
protein adalah anggota dari TNF (tumor necrosis factor) yang
diekspresikan oleh bermacam sel seperti osteoblas, fibroblas dan sel limfosit.
Pada metabolisme tulang normal, RANKL diekspresikan oleh osteoblas.14
Pada inflamasi, RANKL juga diekspesikan oleh sel imun adaptif seperti sel
limfosit T dan sel limfosit B yang teraktivasi.12 Ekspresi RANKL
juga diregulasi oleh modulator metabolisme tulang seperti paratiroid hormon,
vitamin D dan IL-11 (Interleukin-11).
Ikatan RANKL dengan reseptornya yaitu RANK mengaktifkan osteoklastogenesis.14
OPG adalah
inhibitor alami untuk menghambat ikatan RANKL dengan RANK. Reseptor RANK
terdapat pada pre-osteoklas maupun pada osteoklas. OPG merupakan pecahan dari
TNF receptor-like molecule dengan bertindak sebagai perangkap dan memblokir
ikatan RANKL dan RANK mencegah osteoklastogenesis. OPG diproduksi oleh sel-sel
ligamen periodontal, fibroblas gingiva dan sel-sel epitel dan ekspresi OPG di
modulasi oleh sitokin inflamasi. Hambatan ikatan RANKL dengan RANK oleh OPG
dapat memicu apoptosis dari osteoklas sehingga menurunkan proses resorpsi
tulang.14
Prinsip inflamasi yang menyebabkan kehilangan tulang
pada periodontitis dan ditambah dengan aktivitas osteoklas, tanpa diikuti
dengan pembentukan tulang oleh osteoblas. Osteoklas adalah multisel yang
berasal dari monosit atau makrofag dan merupakan sel penting yang berperan
terhadap resorpsi tulang. Penelitian tentang kekurangan osteoklas pada tikus,
menunjukkan peran sangat penting dari sel dalam resorpsi tulang. Osteoklas
multinuklear telah menunjukkan resorpsi tulang alveolar pada hewan dan manusia
akibat penyakit periodontitis. Pembentukan osteoklas didorong oleh keberadaan
sitokin pada jaringan periodontal yang telah terinflamasi dan terjadi secara
lokal pada daerah permukaan tulang melalui beberapa mekanisme. Fibroblas dan
limfosit (sel T dan sel B yang teraktivasi) akan memproduksi RANKL distimulasi
oleh adanya sitokin pro-inflamasi. Sitokin ini pula secara langsung
mengaktifkan monosit berdiferensiasi menjadi makrofag dan juga pre-osteoklas
untuk selanjutnya menjadi osteoklas matur melalui ikatan RANKL dengan RANK.4,12,14
Faktor yang
berpengaruh pada kerusakan tulang adalah bakteri dan host. Produk plak bakteri meningkatkan diferensiasi sel progenitor
tulang menjadi osteoklas dan merangsang sel gingiva untuk mengeluarkan suatu
mediator yang memicu terjadinya hal tersebut. Produk plak dan mediator
inflamasi untuk menghambat kerja dari osteoblas dan menurunkan jumlah sel-sel
tersebut.15 Jadi, aktivitas resorpsi tulang meningkat, sedangkan
proses pembentukan tulang terhambat sehingga terjadilah kehilangan tulang.
MEKANISME
LPS DALAM RESORPSI TULANG ALVEOLAR
LPS merupakan struktur utama dinding sel bakteri Gram
negatif yang berfungsi untuk integritas struktur bakteri dan melindungi bakteri
dari sistem pertahanan imun host
terdiri atas lipid A, antigen O dan oligosakarida yang terikat bersama. Lipid A
dapat memicu respon inflamasi. LPS
binding protein (LBP) adalah reaktan pada fase akut yang disintesis oleh
hepatosit yang mengkatalase LPS, sehingga LPS dapat terikat pada reseptornya
kemudian terikat pada membran Cluster of
Differentiation-14 (CD14). LPS bersifat endotoksin karena LPS mengikat
reseptor CD14 yang merupakan reseptor permukaan sel pada monosit atau
makrofag. LPS mampu mengaktivasi sitem
imun bawaan dengan menstimulasi Toll-Like
Receptor-4 (TLR4) yang merupakan protein pada permukaan sel yang dapat
mengenali produk bakteri.16 LPS berpengaruh pada jaringan
periodontal seperti makrofag, limfosit, fibroblas dan osteoblas / osteoklas.16
Aktivasi
reseptor CD14 mengaktivasi monosit dan sel endotel melalui jalur TLR4-dependent
menghasilkan molekul / sitokin pro-inflamasi seperti IL-1, TNF dan
prostaglandin E2 (PGE2) dan IL-6. Molekul-molekul ini
kemudian memproduksi platelet activation
factor (PAF), aminase bioaktif (bradikinin dan histamin) dan prostaglandin.
PGE2 dan sitokin pro-inflamasi dapat memicu osteoklastogenesis.16
Osteoklastogenesis akan meningkatkan jumlah osteoklas dan akan menurunkan
jumlah osteoblas (Gambar 1).4
BAHAN
DAN METODE
Penelitian ini
merupakan penelitian pendahuluan dengan rancangan penelitian Post Test Only Control Group Design yang
menggunakan hewan coba tikus putih jantan (Rattus
norvegicus) galur Sprague Dawley sebanyak 6 ekor yang dibagi menjadi dua
kelompok yaitu kelompok kontrol (tikus normal tidak diinduksi LPS) dan kelompok
perlakuan yang diinduksi LPS (Gambar 2).
Gambar 2. Rancangan penelitian
Keterangan :
P = Populasi (tikus
dengan periodontitis)
S = Sampel
penelitian
RA = Random
Alokasi
P0 = Kontrol (tikus normal tidak diinduksi LPS)
P1 = Perlakuan
(diinduksi dengan LPS)
O1 = Nilai observasi jumlah osteoblas pada
kelompok P0
O2 = Nilai observasi jumlah osteoblas pada
kelompok P1
Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian
dan Pengujian Terpadu Universitas Gajah Mada (LPPT-UGM) Yogyakarta pada bulan
Maret – Mei 2014.
LPS E.coli
merupakan endotoksin dari bakteri gram negatif E.coli yang didapat dari Sigma Aldrich (LPS E.coli 0111:B4, L2630) dengan bentuk sediaan bubuk kemudian
diencerkan dengan PBS (Phosphate Buffer
Saline) steril dengan dosis 5µg dalam 0,05 ml PBS.
Osteoblas adalah jumlah osteoblas pada tulang alveolar
berupa sel berinti satu dan pipih yang berada di endosteum, dengan
sitoplasma yang basofilik dibuat preparat
atau sediaan mikroskopis dengan pengecatan HE (Harris Hematoxylin - Eosin) dan dilihat pada lima lapang pandang
dengan menggunakan mikroskop elektrik Olympus CX35 dengan perbesaran 400x.
Hewan coba yang
digunakan adalah tikus putih jantan galur Sprague Dawley dengan berat 180-200
gr berumur 2-3 bulan diadaptasikan selama satu minggu di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan. Bedding setiap 3 hari diganti dan tikus-tikus
tersebut diberikan konsumsi makanan standar AD
II pellets dan air minum RO (Reverse Osmosis) ad libitum.
Pada kelompok P0
tidak dilakukan induksi LPS sedangkan kelompok P1 dilakukan induksi
LPS pada sulkus gingiva pada daerah bukal incisivus sentral rahang bawah tikus
putih jantan galur Sprague Dawley sebanyak 5 µg dalam 0,05 ml PBS satu kali
sehari selama delapan hari dimana sebelumnya tikus dianestesi dengan kombinasi
Ketamine 80 mg/kgBB dan Xylazine (10 mg/kgBB) yang disuntikkan pada daerah kaki
belakang sebelah kiri di musculus quadricep / tricep.
Hari ke-9 tikus dieutanasia dengan chloroform secara inhalasi. Kapas dibasahi chloroform diletakkan dalam toples berukuran sedang (diameter 20
cm) kemudian hewan dimasukkan ke dalam toples dan toples ditutup hingga tikus
mati. Tikus difiksasi pada meja kerja lalu dilakukan pengambilan jaringan
tulang mandibula dengan scalpel atau gunting dan ditempatkan dalam wadah
tertutup berisi buffer formalin 10% dan
dikirim ke laboratorium untuk dibuat sediaan mikroskopis. Sisa dari tikus
kemudian diinsenerator di LPPT Unit IV UGM.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian pendahuluan terhadap tikus
putih jantan galur Sprague Dawley tampak perbedaan jumlah osteoblas (anak
panah) pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan secara histologis yang
dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4.Gambar 3. Jumlah osteoblas pada kelompok kontrol
Gambar 4. Jumlah osteoblas pada kelompok perlakuan (diinduksi LPS
selama delapan hari)
Pada gambaran histologis tersebut di atas terlihat adanya perbedaan
jumlah osteoblas pada kelompok kontrol dibandingkan dengan kelompok perlakuan.
Rerata jumlah osteoblas pada kelompok perlakuan lebih sedikit dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Pada kelompok kontrol menggunakan 3 ekor tikus putih
jantan galur Sprague Dawley didapatkan rerata 76 sel per lima lapang pandang. Pada
kelompok perlakuan menggunakan 3 ekor tikus putih jantan galur Sprague Dawley
didapatkan rerata 37 sel per lima lapang pandang.
Adanya penurunan osteoblas pada kelompok perlakuan disebabkan adanya
induksi LPS. LPS bersifat endotoksin
karena LPS mengikat reseptor CD14 yang merupakan reseptor permukaan sel pada
monosit atau makrofag. LPS mampu
mengaktivasi sitem imun bawaan dengan menstimulasi Toll-Like Receptor-4 (TLR4) menghasilkan molekul / sitokin
pro-inflamasi seperti IL-1, TNF dan prostaglandin E2 (PGE2)
dan IL-6. Molekul-molekul ini kemudian memproduksi platelet activation factor (PAF), aminase bioaktif (bradikinin dan
histamin) dan prostaglandin. PGE2 dan sitokin pro-inflamasi dapat
memicu osteoklastogenesis.16 Osteoklastogenesis akan meningkatkan
jumlah osteoklas dan akan menurunkan jumlah osteoblas.4
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian
pendahuluan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan
jumlah osteoblas pada resorpsi tulang alveolar tikus putih jantan galur Sprague
Dawley yang diinduksi LPS.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kurniawati A. Hubungan kehamilan dan kesehatan periodontal.
J. Biomed 2005; II(2): 43-51.
2.
Fitria E.. Kadar IL-1B dan IL-8 sebagai penanda periodontitis,
faktor resiko kelahiran prematur. Jurnal PDGI 2006; 56(2): 60-4.
3. Amin MN, Meilawaty Z,
Sandrasari D. Prospek probiotik dalam pencegahan agresivitas resorpsi osteoklastik
tulang alveolar yang diinduksi lipopolisakarida pada penyakit periodontal. Dentika Dental Journal 2010; 15(2): 150-3.
4. Indahyani DE, Santoso A, Utoro T, Soesatyo MH. fish oil
regulates bone sialoprotein and osteopontin in alveolar bone resorption. Naskah Lengkap Joint Scientific Meeting in
Dentistry (JSMiD) 2010; Surabaya 15 – 16 Mei 2010.
5. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Irawati, Ramadhani D, Indriyani F,
Dany F, Nuryanto I, Rianti SSP, Resmisari T, Suyono YJ (penterjemah), Ed 11,
Jakarta: EGC; 2008. h. 1032-5.
6. Wahyukundari MA. Perbedaan kadar matrix metalloproteinase-8
setelah scaling dan pemberian tetrasiklin pada penderita periodontitis kronis. Jurnal PDGI 2009; 58(1): 1-6.
7. Carranza FA. The periodontal disease. In: Carranza FA,
Forrest JL, Kenney EB, Klokkevold, PR, Newman MG, Novak MJ, Preshaw P, Taeki, HH.
Carranza’s. Clinical Periodontology.
10th Ed. St. Louis. Saunder
Elsevier; 2006. h. 154-7.
8. Newman MG. The normal periodonsium. In : Carranza FA, Forrest JL, Kenney EB, Klokkevold PR,
Newman MG, Novak MJ, Preshaw P, Taeki, HH.
Carranza’s. Clinical Periodontology. 10th Ed. St. Louis. Saunder
Elsevier; 2006. h. 57-70.
9. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar : Teks & Atlas, Tambayong J (penterjemah) Ed 10, Jakarta: EGC; 2007.
h. 134-6.
10. Widyastuti R. Periodontitis: diagnosis dan perawatannya.
Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran
Gigi 2009; 6(1): 20-5.
11. Ekaputri S, Masulili SC. Cairan sulkus gingiva
sebagai indikator keadaan jaringan periodontal. Majalah Kedokteran Gigi 2010; 17(1): 12-15.
12. Kajiya M, Giro G, Taubman MA, Han X, Mayer MPA, Kawai
T. role of periodontal pathogenic bacteria in RANKL-mediated bone destruction
in periodontal disease. J Oral Microbiol 2010;
2: 5532-48.
13. Kresno SB. Imunologi.
Jakarta. Badan Penerbit FKUI; 2010. h. 95, 215-25.
14. Bartold PM, Cantley MD, Haynes DR. Mechanism and control
of pathologic bone loss in periodontitis. Periodontology
2000 2010; 53: 55-69.
15. Carranza FA, Takei HH. Bone loss and patterns of bone destruction.
In : Carranza FA, Forrest JL, Kenney EB, Klokkevold PR, Newman MG, Novak MJ,
Preshaw P, Taeki HH. Carranza’s Clinical
Periodontology. 10th Ed. St. Louis. Saunder Elsevier; 2006. h. 456-60.
16. Bascones-Martinez A,
Munoz-Corcuera M, Noronha S, Mota P, Bascones-Ilundain C, Campo-Trapero C. Host
defence mechanisms against bacterial aggression in periodontal disease: basic
mechanism. Med Oral Patol Oral Cir Bucal
2005; 14(12): e680-e685.
17. Page RC. The pathobiology of periodontal disease may affect
systemic diseases: inversion of paradigm. Ann
Periodontol 1998; 3: 108-20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar