PENINGKATAN
SEL NEUTROFIL PADA RADANG GINGIVA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus Norvegicus) STRAIN
WISTAR YANG DIINDUKSI H2O2 35 %
A.A
Kompiang Martini
Bagian Radiologi,Fakultas Kedokteran
Gigi,Universitas Mahasaraswati Denpasar
ABSTRACT
Teeth whitening technique has been known since 1989. The in-officebleaching techniques using hydrogen peroxide (H2O2), H2O2 useful as tooth whitening experience discoloration or stainning on the teeth. However, if the use of hydrogen peroxide (H2O2) is not done carefully it can lead to irritation of the soft tissues of the oral cavity. Hydrogen peroxide (H2O2) is toxic and side effects are irritation of the gingiva to cause inflammation of gingiva.Gingivitis caused by various factors both exogenous and endogenous factors. Endogenous factors such as tartar, tooth crowding, hormonal, stress and microorganisms, exogenous factors caused by mechanical trauma, thermal, chemical, infection and malnutrition. Gingivitis is a complex response of tissue to injury that involves changes in the cells, humoral, and which is an inflammatory vascular. Neutrophils are the most prominent cells in acute inflammation. Neutrophil granules derived from neutral in sitoplasma. Based these problems, preliminary research proved that induction of H2O2 can cause inflammation of the gingiva. This is evidenced by the preliminary study using 6 male rats (Rattusnorvegicus) Wistar strain, divided into two groups: a control group (normal mice without induction H2O235%) and treatment groups (rats with induced H2O2 35%). The researchwas carried out as randomized Post test only control group design. The results showed the average number of neutrophils in the control group (11 cells per five field of view), while the treatment group (119 cells per five field of view). This shows that the treatment group contained significantly increase neutrophil cells.
Teeth whitening technique has been known since 1989. The in-officebleaching techniques using hydrogen peroxide (H2O2), H2O2 useful as tooth whitening experience discoloration or stainning on the teeth. However, if the use of hydrogen peroxide (H2O2) is not done carefully it can lead to irritation of the soft tissues of the oral cavity. Hydrogen peroxide (H2O2) is toxic and side effects are irritation of the gingiva to cause inflammation of gingiva.Gingivitis caused by various factors both exogenous and endogenous factors. Endogenous factors such as tartar, tooth crowding, hormonal, stress and microorganisms, exogenous factors caused by mechanical trauma, thermal, chemical, infection and malnutrition. Gingivitis is a complex response of tissue to injury that involves changes in the cells, humoral, and which is an inflammatory vascular. Neutrophils are the most prominent cells in acute inflammation. Neutrophil granules derived from neutral in sitoplasma. Based these problems, preliminary research proved that induction of H2O2 can cause inflammation of the gingiva. This is evidenced by the preliminary study using 6 male rats (Rattusnorvegicus) Wistar strain, divided into two groups: a control group (normal mice without induction H2O235%) and treatment groups (rats with induced H2O2 35%). The researchwas carried out as randomized Post test only control group design. The results showed the average number of neutrophils in the control group (11 cells per five field of view), while the treatment group (119 cells per five field of view). This shows that the treatment group contained significantly increase neutrophil cells.
Keywords:
Gingivitis, Neutrofil, H2O2
PENDAHULUAN
Dental bleaching saat sekarang
ini sangat banyak digunakan dalam memperoleh senyuman gigi yang putih, dental
bleaching adalah salah satu tindakan konservasi gigi dalam memperbaiki warna
gigi yang mengalami diskolorasi atau staining pada gigi baik yang disebabkan
oleh faktor eksternal maupun internal. Hal ini menarik keinginan seseorang
dalam mencari perawatan estetik gigi.
Perawatan
dental belaching ddapat dilakukan oleh pasien didalam rumah (home blaaching) dan dilakukan di
praktek dokter gigi (office bleaching), hidrogen peroksida merupakan bahan pemutih gigi
yang sering digunakan pada tehnik office bleaching sedangkan pada tehnik home bleaching menggunakan bahan pemutih
karbamide peroksida. Hidrogen
peroksida mempunyai struktur kimia (H2O2). Konsentrasi
yang digunakan 15% sampai 35% .1
Hidrogen peroksida mempunyai
sifat reaktif untuk melarutkan senyawa-senyawa dikolorasi pada gigi. Sifat
reajtif dari hidrogen peroksida ini dapat menimbulkan efek samping pada rongga
mulut, baik pada gigi yang di lakukan perawatan pemutihan ataupun pada jaringan
lunak rongga mulut. Secara umum dapat menimbulkan gigi sensitif dan iritasi
pada gingiva .2
Gingiva adalah membran mukosa
yang melekat erat pada periosteum tulang maksila dan mandibula. Gingiva
fungsi utamanya melindungi jaringan yang dibawahnya. Pada orang dewasa, gingiva
normal menutupi tulang alveolar dan akar gigi, sampai pada perbatasan cemento enamel junction.3
Gingiva terdiri dari epithelium
berlapis pipih (Epithelium squamous
stratified) di atasnya dan di bawahnya berisi jaringan ikat berinti di
tengah.Walaupun epithelium berisi lebih banyak matriks seluler, jaringan ikat
memiliki lebih sedikit matrik seluler dan terutama terdiri dari serat-serat
kolagen dan substansi dasar.3
Jaringan ikat gingiva terdiri
dari lamina propria yang terdiri dari dua lapisan : lapisan papillary dan
lapisan retikular. Lamina propria mengandung beberapa sel-sel yang berbeda
fibroblas, makrofag, sel mast, dan inflammantory sel.4Jaringan ikat
mempunyai substansi seluler dan ekstraseluler yang terpisah terdiri dari dari
serat-serat dan substansi dasar.3
Keradangan pada gingiva atau
gingivitis disebabkanoleh faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen disebabkan
oleh karang gigi, debris, gigi berjejal, hormonal, stress dan mikroorganisme.
Faktor eksogen disebabkan oleh trauma mekanis, thermis, kimia, infeksi dan
malnutrisi. Bahan kimia yang mengenai mukosa gingiva dapat menimbulkan iritasi
dan memicu aktifitas biologis pada gingiva, aktifitas biologis menimbulkan keradangan pada gingiva. Secara
histologis memperlihatkan peningkatan sel radang dan vaskularisasi.5,6
Gingivitis merupakan suatu respon
kompleks jaringan terhadap cedera yang melibatkan perubahan sel, humoral, dan
vaskular yang merupakan suatu inflamasi. Inflamasi akut sebagian besar
diperantarai oleh granulosit polimorfonuklear yang juga disebut neutrofil. Sel ini berasal
dari granula netral dalam sitoplasmanya dan banyak
terdapat
pada peradangan akut.3,7
Berdasarkan permasalahan
tersebut, maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang peningkatan neutrofil
pada gingivitis tikus putih jantan (rattus norvegicus) galur wistar yang
diinduksi H2O2 35%.
Mekanisme hidrogen peroksida dapat mengakibatkan
iritasi pada gingiva
Hidrogen peroksida merupakan
senyawa kimia yang digunakan dalam pemutihan gigi dalam berbagai konsentrasi.
Hidrogen peroksida memiliki unsur hidrogen dan oksigen (H2O2)
memiliki sifat oksidator yang sangat kuat. Hidrogen peroksida merupakan cairan
bening, tidak berwarna dan tidak berbau. Hidrogen peroksida bersifat larut
dalam air dan menyebabkan suasana asam. Secara spontan hidrogen peroksida dapat
terurai menjadi air dan oksigen. Konsentrasi hidrogen peroksida bersifat
bakteriostatik dan dapat bersifat mutagenik sehingga dapat menyebabkan
kerusakan pada ikatan DNA.8
Pemutihan gigi sangat populer
saat ini, masyarakat sudah banyak menerima perawatan pemutihan gigi dengan
tehnik in-office bleaching. H2O2 menyebabkan radikal
bebas, berinteraksi dengan pigmen molekul yang memproduksi efek pemutihan.
Mekanisme pemutihan gigi tidak sepenuhnya dipahami, secara umum pemutihan pada
gigi hampir mirip dengan pewarna tekstil dan pemutih kertas.H2O2
sebagai bleaching gel mengeluarkan
radikal bebas selama berkontak dengan email dan dentin setelah diaplikasikan,
dimana H2O2
memecah ikatan ganda dari konfigurasi dan ukuran molekul pigmen. 9
Hidrogen peroksida dapat
menimbulkan efek samping pada jaringan lunak terutama pada gingiva yang
berkontak dengan bahan bleaching,
iritasi gingiva dilaporkan dapat terkadi pada tehnik bleaching dalam konsentrasi 5%-50%. Hal ini memperlihatkan
keradangan dari yang ringan sampai tingkat paling parah. Hal ini dapat timbul 3
hari setelah melakukan bleaching.9
Pada mukosa gingiva yang
berkontak dengan H2O2 35% akan terasa seperti terbakar.
Hal ini tentu saja akan menimbulkan iritasi pada gingiva sampai pada proses
keradangan. Tanda keradangan secara klinis pada mukosa gingiva akan mengalami
kemerahan, rasa panas, pembengkakan, nyeri dan sampai terjadi kehilangan
fungsi. proses keradangan merupakan respon awal yang melalui tiga tahap, (1).
Bertambahnya pasokan pembuluh darah, (2). Bertambahnya permeabilitas pembuluh
darah, (3) Migrasi aktif sel fagosit ke daerah yang terlibat. Proses keradangan
ini kan menyebabkan peningkatan sel radang pada daerah terjadi iritasi gingiva.3,
4, 7
BAHAN
DAN METODE
Pada penelitian pendahuluan yang
dilakukan pada mukosa gingiva tikus putih jantan (Rattus Norvegicus, Strain Wistar) menyatakan bahwa H2O2
35 % dapat menyebabkan iritasi pada gingiva, penelitian pendahuluan menggunakan
6 ekor tikus yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol ( tikus
yang tidak diinduksi) kelompok perlakuan (diinduksi H2O2 35%).
Jenis penelitian experimental, rancangan penelitian Post test only controle group. Lokasi penelitian di Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Umum dan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Udayana Denpasar.
Tikus putih jantan berumur 2-2,5
bulan, seluruh sampel dioleskan H2O2 35% adalah bahan
pemutih gigi yang sering digunakan sebagai advance
formula whitening gel in office bleaching dalam penelitian ini bertujuan
sebagai induksi gingiva, pengolesan dilakukan sebanyak 2 kali 5 menit H2O2
35% dengan menggunakan microbrush pada
mukosa gingiva yang sebelumnya disinfeksi dengan alkohol 70%. Semua tikus di
anastesi secara im (intramuskular) dengan xylazine (7 mg/ Kg BB ) dicampur
dengan ketamin (65 mg/Kg BB).10
Pemeriksaan mikroskopis pada
sediaan pereparat jaringan gingiva tikus yang mengalami gingivitis dengan
pengecatan Harris HematoxcyllinEosin,
menggunakan mikroskop elektrik dengan pembesaran 400xpada lima lapang pandang.
Masing-masing sediaan dinilai dengan menghitung jumlah sel-sel radang neutrofil
pada lima lapang pandang pada setiap mikroskopis dan sisa jaringan yang tidak
digunakan dikubur secara manusiawi.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian pendahuluan terhadap tikus putih
jantan galur wistar (Rattus Norvegicus,
Strain Wistar) tampak perbedaan jumlah neutrofil pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan secara histologis yang dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.
Gambar 1. Jumlah neutrofil pada kelompok
kontrol.
Gambar 2.
Jumlah neutrofil pada kelompok perlakuan (diinduksi H2O2 35%).
Pada
kelompok kontrol menggunakan 3 ekor tikus putih jantan (Rattus Novergicus, Strain Wistar) didapatkan rerata 11 sel per
lima lapang pandang. Pada kelompok perlakuan yang
diinduksi H2O2
35% dengan menggunakan 3 ekor tikus didapatkan rerata 119
sel per lima lapang pandang.
Berdasarkan penelitian di atas bahwa terdapat peningkatan sel
radang neutrofil pada kelompok perlakuan yang diinduksi dengan H2O2
35% in-office bleaching. Neutrofil
/Polymorphonucelar leukocytes (polys,
neutrophils) sekitar 60% sampai 70% dari seluruh leukosit dalam darah dan
merupakan sel paling menonjol pada proses inflamasi akut.
Gingivitis atau radang pada
gingiva dapat disebabkan oleh rangsangan fisik ataupun kimia, selain oleh
karena metabolisme bakteri yang disebabkan oleh plak atau karang gigi. Proses
keradangan ini sering ditandai dengan perubahan warna pada gingiva, dari
pembengkakan berwarna pucat sampai berwarna magenta.6
Pemeriksaan mikroskopis pada
daerah jaringan ikat di bawah junctional
epithelium, terlihat perubahan morfologis dimana terjadi pelebaran kapiler
kecil dan vena. Migrasi neutrofil terjadi 2 hari sampai 2 minggu setelah
terjadi peradangan. Dengan bermigrasi melalui dinding kapiler (diapedesis,
emigrasi) polymorphonuclear neutrophils
(PMN) meninggalkan kapiler dan kemudian terjadi peningkatan jumlah PMN pada jaringan ikat, junctional epithelium, dan gingival sulcus dan pengeluaran cairan
dari gingiva dan terdapat extravaskular protein.12
Karakteristik sel neutrofil
seperti pemukul genderang yang disebut dengan barr body atau sex chromosome
tetapi tidak selalu terlihat dalam setiap sel. Sel neutrofil berbentuk bulat
dengan nukleus berlobus dengan diameter 9-12 μm. Kromatin tipis menghubungkan
lobus satu sama lain, usia sel neutrofil dapat dilihat dari peningkatan jumlah
lobus. Sel ini terbentuk dari mielosit sumsum tulang. Dengan pewarnaan metilen biru-eosin tidak memberikan
warna merah (eosinofilik) maupun biru
(basofilik), karena itu disebut
neutrofil .13,14
Jika terjadi respon radang sel
PMN pada pembuluh darah akan bergerak ke pusat radang dengan adanya pengaruh
dari mediator radang (prostaglandin, leukotrin, complemen-C5a) yang disebut chemotaksis.15,16 Kemudian plasma darah yang keluar dari
pembuluh darah memungkinkan terjadinya pembentukan fibrin dan sel yang bergerak
dari jaringan semuanya berkumpul pada daerah yang megalami iritasi. Sel- sel
PMN bergerombol pada pusat radang atau mengelilingi pusat radang dengan tujuan
melokalisir daerah radang disebut dengan agregation.
Sel-sel PMN memakan kuman atau
sel-sel mati dan dicernakan oleh enzim katalitik dari lisosom yang disebut
dengan phagocytosis. Beberapa tipe
sel yang mengambil bagian dalam proses radang
yaitu: sel polimorfonuklear/PMN (granulosit) terdiri dari neutrofil,
eusinofil dan basofil, Limfosit; monosit/makrofag dan sel plasma.15,16
Neutrofil mempunyai tiga tipe
dilihat dari granula yang terdapat dalam sitoplasma dari neutrofil, yaitu: spesific granules ukurannya kecil
(berdiameter 0,1 μm). Mengandung berbagai enzim dan agen farmakologis yang
membantu neutrofil dalam menjalankan fungsi antimikroba. Dalam mikrograf
elektron butiran ini tampak agak lonjong. Azurophilic
granules mengandung lysosomes
yang mengandung hidrolisa asam, myeloperoxidase, agen antibakteria lisozim,
peningkatan permeabilitas protein bakteri, cathepsin G, elastase, kollagennonspesifik.
Tertiary granules mengandung gelatin
dan cathepsin serta glikoprotein yang dimasukkan ke dalam plasma.13,14
Fungsi neutrofil dalam memfagosit
dan menyerang bakteri, neutrofil berinteraksi dengan agen kemotaksis untuk
bermigrasi ke arah mikiroorganisme. Mereka masuk melewati venule postcapillary pada daerah terjadinya inflamasi dan mengikuti
berbagai selectin molecules dari sel
- sel endotel pembuluh ini dengan menggunakan selectin receptors. Interaksi antara selectin receptors neutrofil dan selectins dari sel-sel endotel menyebabkan neutrofil memutar
perlahan sepanjang lapisan endotel.7,13,14
Neutrofil memperlambat migrasi
mereka, interleukin-1 (IL-1) dan tumor necrosis factor (TNF) menginduksi
sel endotel untuk mengekspersikan adhesi antar molecule type 1 (ICAM-1), dimana
integrin molecules dari neutrofil diikat. Neutrofil berhenti bermigrasi meskipun endotelium dari postcapillary venule memasuki jaringan
ikat. Neutrofil sesekali menghancurkan mikroorganisme dengan fagositosis dengan
pelepasan enzim hidrolitik. Neutrofil melepaskan leukotrin dalam membantu
proses inflamasi.7,13,14
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian pendahuluan bahwa hidrogen
peroksida dapat mengakibatkan iritasi pada gingiva tikus putih jantan rattus norvegicus strain wistar dan
terdapat peningkatan sel radang neutrofil.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Matis BA,Cohran MA,Franco M, Al-Ammar W,
Eckert GJ, Stropes M. Eight in-office toothwhitening system evaluated in vivo:
apilot study. Revista Romana
DeStomatologie2007;3(3): 131-7.
2.
Soares DG, Ribeiro APD,Vargas FDS,
Hebling J, Costa CADS. Efficacy and cytotocity of a bleaching gel after short application
times on dental enamel. Clin Oral Invest 2013;17:
1901-9.
3.
Carranza FA, Takei H, Newman MG. The
periodontal disease. In: Carranza FA, Forrest JL, Kenney EB, Klokkevold PR,
Newman MG, Novak MJ, Preshaw P, Taeki HH.
Carranza’s Clinical Periodontology. 10th ed. St. Louis: Saunders Elsevier; 2006. h.
154-7.
4.
Nanci A, Martha JS.The Cate’s Oral Histology Development,Stucture and Function. 8th.
St. Louis : Mosby ; 2008. h. 297-8.
5.
Dumitrescu AL,Kobayashi J. Genetic Variants in Periodontal Health and
Disease.Springer Dordrecht Heidelberg London-New york; 2010. h.1-9
6.
Rickne CS, Grabiela W. Woelfels’s Dental Anatomy. Lippincot
Williams & Walkins Philadelphia: ; 2012.h.
195-231
7.
Gray J. Pertahanan
Hospes dan Penyakit Periodontal. In: Fedi P.F,
Vernino A.R.,Gray J.L.,
Silabus Periodonti (The Periodontic Syllabus), Amaliya,
Jakarta : EGC ; 2005. h. 40-8
8.
Amiatun.2009, Pengaruh zat aktif pemutih
gigi terhadap kekuatangeser perlekatan breket logam. Tesis. Medan: Program
Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatra Utara;2009.h.7-12.
9.
Li Y, Greenwall. Safety issues of tooth whitening using peroxide-based materials. British Dental Journal 2013; 215(1): 29-33.
10. Istiadjid
MES.Buku Ajar
Etik Penelitian Kesehatan; Universitas Brawijaya
Malang. Komisi Nasional etik Penelitian Kesehatan (KNEPK); 2011. h.
33-8.
11. Fiorellini JP, Ishikawa SO, Kim DM. The
gingiva. In: Carranza FA, Forrest JL, Kenney EB, Klokkevold PR,
Newman MG, Novak MJ, Preshaw P, Taeki HH.
Carranza’s Clinical Periodontology.10th ed. St. Louis:
Saunders Elsevier; 2006. h. 46-65
12. Damjanov, I. Buku Teks Dan Atlas Berwarna Histopatologi. Alih Bahasa:
Pendit.B. Jakarta, Widya Medika; 2010 h.1-36
13. Gartner
LP, Hiatt JL.Color Textbook of Histology. 2nd ed. London; W.B. Saunders Company; 2001.h.
398-406
14. Avery JK,
Chiego DJ. Essential
of Oral Histology and Embryology; A Clinical Approach. Elsevier; 3thed.; 2006
h.191-93.
15. Sander MA. Atlas Berwarna Patologi
Anatomi. Ed. Revisi: 2. Jakarta EGC; 2007. h.14-5.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar