ABSTRACT
Dental
plaque is a soft deposit which is firmly attached to the tooth surface.
Streptococcus, Staphilococcus, Lactobacillus, and filaments form bacteria are
microorganisms that can often be isolated from caries lesions and inflammation
of the oral mucosa. Chlorhexidine gluconate is one of the antimicrobial agents
become the gold standard in dentistry for the prevention of dental plaque. The aims of this study is to determine the effectiveness of rinsing with aloe vera skin leaf extract (Aloe vera barbadensis miller) in reducing the number of
Streptococcus mutans in the oral cavity. Experimental studies with randomized
pretest-posttest control group design, involving 30 patients,were divided into
three (3) groups: the negative control group were rinsed with distilled water, the positive control group were rinsed with chlorhexidine gluconate 0.2%, and the treatment group were rinsed
with 100% aloe vera leaves extract. After treatment, analyzed by
One Way ANOVA it was found decrease the number of S. mutans bacteria colonies
in the positive control group and the treatment group after treatment (p<0.05).
While the negative control group did not decrease significantly. The
conclusions of this study is rinsing with 100% aloe vera skin leaf extract decrease the number of Streptococcus mutans
bacteria colonies by 55.57%.
Keywords: aloe vera skin leaf extract, Streptococcus mutans bacteria
PENDAHULUAN
Bakteri
sangat berperan pada proses terjadinya karies gigi dan peradangan mukosa mulut. Jumlah mikroorganisme tergantung pada
kesehatan dan kebersihan mulut seseorang, sedangkan jenis bakterinya tergantung
lokasi di dalam rongga mulut. Mikroorganisme yang sering diisolasi dari lesi
karies dan peradangan mukosa mulut adalah bakteri Streptococcus, Staphilococcus, Lactobacillus dan bakteri
bentuk filament. Diantara kelompok bakteri tersebut Streptococcus dan Staphilococcus paling sering ditemukan, sehingga dapat
dikatakan bahwa bakteri ini sangat berperan sebagai penyebab karies gigi dan peradangan
mukosa mulut,
khususnya Streptococcus mutans.1
Streptococcus mutans termasuk flora normal rongga mulut
merupakan bakteri Gram positif, bersifat fakultatif anaerob, berbentuk coccus
(bulat), tersusun seperti rantai dan berperan penting dalam proses terjadinya
karies. Bakteri ini termasuk phylum
dari Firmicutes dan merupakan
kelompok bakteri yang menghasilkan asam laktat dan pertama kali ditemukan pada
tahun 1924 oleh J. Kilian Clarke.2,3
Streptococcus mutans merupakan
bakteri yang memulai terjadinya pertumbuhan plak pada permukaan gigi. Asam yang
dihasilkan terus-menerus melalui pemecahan substrat yang selalu tersedia, akan
merubah lingkungan rongga mulut menjadi lebih asam (pH 5,2 – 5,5), yang
selanjutnya menyebabkan proses demineralisasi pada email sehingga terjadi
karies.4,3
Berbagai tindakan dilakukan untuk mempertahankan kesehatan
rongga mulut, salah satunya adalah dengan menyikat gigi. Obat kumur yang digunakan
sebelum atau sesudah menyikat gigi dapat dipertimbangkan sebagai tindakan
tambahan untuk kesehatan rongga mulut dan mengurangi jumlah serta perlekatan
bakteri dalam rongga mulut. Untuk menambah efektivitas dari obat kumur, zat-zat
anti mikroba ditambahkan ke dalam obat kumur.
Obat kumur yang mengandung zat anti mikroba dapat
digolongkan menjadi dua yaitu yang zat aktifnya berasal dari tumbuh-tumbuhan
dan yang berbahan dasar Chlorhexidine.5
Chlorhexidine gluconate 0,2% merupakan
salah satu zat antimikroba yang menjadi gold
standard dalam kedokteran gigi untuk pencegahan plak gigi.6
Konsentrasi yang lebih rendah tidak efektif untuk mengurangi mikroba dalam
rongga mulut. Chlorhexidine tersedia
sebagai asetat, glukonat dan garam hidroklorida. Chlorhexidine memiliki berbagai aktivitas terhadap
kedua bakteri gram positif dan gram negatif.7
Chlorhexidine gluconate telah dilaporkan memiliki sejumlah efek samping lokal. Penggunaan jangka panjang obat kumur ini
dapat mengakibatkan perubahan warna gigi,perubahan warna pada beberapa bahan
restorative, perubahan warna pada dorsum lidah,ulserasi mukosa mulut dan
parasthesia, pembengkakan kelenjar
parotis unilateral atau bilateral dan peningkatan pembentukan kalkulus supra gingiva.
Selain kekurangan obat kumur di atas, obat kumur yang mahal menyebabkan
penggunaan bahan herbal menjadi alternatif dalam pengobatan bakteri rongga
mulut. Salah satu tanaman herbal yang memiliki zat antibakteri adalah kulit daun
lidah buaya (Aloe barbadensis Miller).8
Kulit daun lidah buaya menjadi salah satu alternatif
bahan alami yang dapat dikembangkan sebagai bahan bahan anti bakteri. Tanaman
ini bersifat antibakteri, antiinflamasi, analgesic dan tidak tosik. Tanaman ini sampai saat ini merupakan salah satu dari sepuluh tanaman terlaris di dunia yang
berpotensi untuk dikembangkan sebagai tanaman obat.9
Karies gigi adalah suatu
penyakit jaringan keras gigi yaitu
email, dentin dan sementum akibat aktivitas fermentasi karbohidrat oleh jasad
renik. Tanda karies gigi adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang
kemudian diikuti bahan organiknya. Penyakit ini menyerang permukaan gigi-geligi yang mengakibatkan kerusakan
mahkota gigi dan apabila tidak dilakukan perawatan akan meluas ke pulpa dan
dapat merusak seluruh mahkota gigi.10 Selanjutnya terjadi invasi bakteri dan kematian
pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapikal.
Proses karies terjadi disebabkan
karena kemampuan spesifik yang dimiliki oleh bakteri menggunakan sukrosa untuk
menghasilkan suatu produk ekstraseluler yang lengket yang disebut dextran. Produk ini berbasis
polisakarida dengan perantaraan enzim dextransucrase
(hexocyltransferase) yang
memungkinkan bakteri-bakteri tersebut membentuk plak. Untuk menghasilkan asam
laktat, Streptococcus mutans
bersama-sama dengan Streptococcus
sabrinus dan Lactobacillus,
memainkan peran yang sangat penting melalui enzim glucansucrase. Asam yang dihasilkan terus-menerus melalui pemecahan
substrat yang selalu tersedia, akan merubah lingkungan rongga mulut menjadi
lebih asam (pH 5,2 – 5,5), menyebabkan terjadinya proses demineralisasi yang
selanjutnya terjadil karies.2,3
Streptococcus mutans adalah suatu bakteri
Gram positif, bersifat fakultatif
anaerob berbentuk coccus
(bulat), tersusun seperti rantai.
Streptococcus mutans selain menyebabkan karies gigi juga sebagai
patogenesis dari penyakit cardiovaskuler tertentu. Bakteri ini terdeteksi sebanyak
68,6% dari hasil ekstirpasi jaringan klep jantung dan 74,1% pada atheromathous plaque.11
Lidah buaya (Aloe vera) adalah tumbuhan yang sudah dikenal sejak ribuan tahun
silam dan digunakan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka dan untuk perawatan
kulit. Tumbuhan ini dapat ditemukan dengan mudah di kawasan kering di Afrika
dan Asia. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan
tanaman lidah buaya semakin berkembang sebagai bahan baku industri farmasi,
kosmetika, serta sebagai bahan makanan dan minuman kesehatan.11 Di Indonesia,
lidah buaya dikenal karena kegunaannya
sebagai tanaman obat untuk aneka penyakit. Tanaman ini menjadi semakin populer akhir-akhir
ini karena manfaatnya yang semakin luas.8
Kandungan zat aktif yang
terdapat dalam lidah buaya meliputi monosakarida, polisakarida, asam
aminoesensial dan non-esensial, antrakuinon, enzim, mineral, vitamin, protein,
lignin, asam salisilat, saponin, sterol, tanin, magnesium laktat dan senyawa
antiprostaglandin.12 Zat aktif
yang bersifat antibakteri adalah antrakuinon, saponin dan
tannin. Secara spesifik dilaporkan bahwa ekstrak lidah buaya (aloe
vera) mengandung kandungan
zat aktif yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa lidah buaya sensitif sebagai
antimikroba terhadap bakteri Escherichia
coli.12 Penelitian yang
dilakukan oleh Isabela (2009), menyatakan bahwa ekstrak lidah buaya mampu
menghambat pertumbuhan Pseudomonas
aeruginosa secara in vitro.
Penelitian Ariyanthi dkk. (2012) menyatakan bahwa ekstrak kulit daun lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus ATCC 25923 dan
Escherichia coli ATCC 25922.13
BAHAN
DAN METODE
Bahan yang
digunakan pada penelitian ini adalah Daun
lidah buaya (Aloe
vera) yang tua
yaitu daun yang terletak paling bawah Bakteri Streptococcus mutans ATCC 35668. Media isolasi dan numerisasi :
agar Mueller-Hinton ditambah 5% darah kambing untuk bakteri Streptococcus mutans. Media TSH untuk refresh bakteri, Etanol 96% untuk
ekstraksi daun lidah buaya (Aloe
vera), Bahan
NaCl 0,9 % untuk membuat kekeruhan.
Rancangan penelitian adalah penelitian
eksperimental dengan rancangan Randomized
pretest-postest control group design.14 Pengumpulan data dilakukan di Bagian Ilmu Konservasi Gigi RSGM FKG Universitas
Mahasaraswati Denpasar dan analisis sampel dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi FK
Universitas Udayana Denpasar.
Sampel
dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol positif, yaitu orang coba berkumur
Chlorhexidine
gluconate 0,2%. Kelompok kontrol negatif yaitu orang coba berkumur
akuades dan kelompok perlakuan yaitu orang coba berkumur ekstrak kulit daun lidah buaya konsentrasi 100%. Besar sampel adalah 10 sampel setiap kelompok,
sehingga jumlah
total sampel secara keseluruhan menjadi 30 sampel.
Prosedur penelitian adalah orang coba berkumur
selama 60 detik tanpa menelan dan hasil kumur dibuang. Sampel diambil menggunakan lidi kapas pada gigi bagian permukaan
labial gigi insisif pertama kanan atas, permukaan labial gigi insisif pertama
kiri bawah, permukaan bukal gigi molar pertama kanan atas, permukaan bukal gigi
molar pertama kiri atas, permukaan lingual gigi molar pertama kiri bawah dan permukaan
lingual gigi molar pertama kanan bawah.
Swab dilakukan
sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil swab dimasukkan ke media TSB dan dilakukan
pembiakan pada media Mueller Hinton Blood.
Hasil biakan dilihat setelah 24 jam dan dihitung jumlah jumlah koloni bakteri
yang tumbuh. Penguijian bakteri dengan uji gram, uji katalase dan uji mannitol.
Pengolahan data dilakukan menggunakan dengan uji one way anova.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Analisis
efek perlakuan diuji berdasarkan rerata bakteri Streptococcus mutans antar kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa berkumur ekstrak
kulit daun lidah buaya 100%. Hasil analisis
kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1 Perbedaan rerata bakteri
Streptococcus mutans antar kelompok sebelum dan sesudah berkumur ekstrak kulit daun lidah buaya 100% (n=10)
Klp
|
Pre
|
Post
|
F
|
P
|
K (-)
|
6114,80±2733,93
|
3683,34±921,63
|
7,64
|
0,002
|
K (+)
|
6062,67±2179,54
|
1751,67±803,87
|
||
P
|
5760,80±2297,79
|
1636,67±923,05
|
Ket: K(-): berkumur akuades, K(+): berkumur
Chlorhexidine gluconate 0,2%, P: kelompok perlakuan: berkumur ekstrak kulit
daun lidah buaya konsentrasi 100%.
Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova pada Tabel 1 di atas, menunjukkan
bahwa nilai F = 7,64 dan nilai p=
0,002. Hal ini berarti bahwa rerata bakteri Streptococcus mutans pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda
secara bermakna (p<0,05).
Untuk mengetahui kelompok mana saja yang berbeda dilakukan Uji Least
Significant Difference–test (LSD).
Tabel 2 Beda nyata
terkecil bakteri
streptococcus mutans sesudah perlakuan antar
kelompok
Klp
|
Kontrol (+)
|
Perlakuan
|
Kontrol (-)
|
0,001*
|
0,019*
|
Kontrol (+)
|
|
0,299
|
Ket: K(-): berkumur akuades, K(+): berkumur
Chlorhexidine gluconate 0,2%, P: kelompok perlakuan: berkumur ekstrak kulit
daun lidah buaya konsentrasi 100%.
* Berbeda bermakna
Uji Least Significant Difference–test (LSD)
di atas menunjukkan hasil sebagai berikut. Rerata kelompok kontrol negatif
berbeda bermakna dengan kelompok kontrol positif. Rerata kelompok kontrol
negatif berbeda bermakna dengan kelompok perlakuan. Rerata kelompok kontrol
positif tidak berbeda bermakna dengan kelompok perlakuan.
Perbedaan
rerata kelompok kontrol (-) dan kelompok perlakuan yang tidak berbeda bermakna di atas disebabkan
karena kulit daun lidah buaya bersifat antibakteri, antiinflamasi, dapat meredam rasa sakit, tidak tosik.9
Untuk membuktikan bahwa adanya senyawa aktif di dalam lidah buaya yang
mengandung senyawa antibakteri, maka dilakukan uji identifikasi fitokimia
terhadap ekstrak kulit daun lidah buaya. Senyawa antibakteri yang di
uji identifikasi fitokimia antara lain flavonoid, saponin, tanin, antrakuinon,
dan fenolat. Senyawa antibakteri yang diuji identifikasi fitokimia antara lain
flavonoid, saponin, tanin, antrakuinon, dan fenolat. Flavonoid merupakan
senyawa turunan fenol yang terdapat pada tumbuhan yang larut dalam air dan
dapat di ekstraksi dengan menggunakan etanol. Mekanisme
kerja dari flavonoid dalam menghambat
pertumbuhan bakteri, antara
lain bahwa flavonoid menyebabkan terjadinya kerusakan
permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom, dan lisosom.15
Saponin merupakan glikosida
yang larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter. Saponin
bekerja sebagai antibakteri dengan mengganggu stabilitas membran sel bakteri sehingga menyebabkan sel
bakterilisis, jadi mekanisme kerja saponin termasuk dalam kelompok antibakteri
yang mengganggu permeabilitas membran sel bakteri, yang mengakibatkan kerusakan
membran sel dan menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel
bakteri yaitu protein, asam nukleat dan nukleotida.16
Saponin merupakan glikosida
yang larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter. Saponin bekerja
sebagai antibakteri dengan mengganggu stabilitas membran sel bakteri sehingga
menyebabkan sel bakterilisis, jadi mekanisme kerja saponin termasuk dalam
kelompok antibakteri yang mengganggu permeabilitas membran sel bakteri, yang
mengakibatkan kerusakan membran sel dan menyebabkan keluarnya berbagai komponen
penting dari dalam sel bakteri yaitu protein, asam nukleat dan nukleotida.16
Antrakuinon
merupakan suatu antimikroba yang
berspektrum luas. Lidah buaya mengandung beberapa glikosida antrakuinon (aloin,
aloe-emodin dan barbaloin). Aloe-emodin bersifat bakterisidal terhadap Sreptococcus mutans. Salah satu
mekanismenya adalah dengan menghambat transfer elektron pada rantai pernapasan
mitokondria.17 Fenolat merupakan
senyawa turunan fenol. Mekanisme antimikroba pada senyawa fenolat terhadap
bakteri yaitu senyawa fenol dan turunannya yang dapat mengubah sifat protein
sel bakteri.18 Perubahan struktur protein pada dinding sel bakteri akan
meningkatkan permeabilitas sel sehingga pertumbuhan sel akan terhambat dan
kemudian sel menjadi rusak.19
Tanin
merupakan salah satu zat aktif pada tumbuhan yang memiliki sifat antimikroba
khususnya pada lidah buaya. Mekanisme tanin
sebagai antibakteri adalah cara mendenaturasi protein sel bakteri, menghambat
fungsi selaput sel (transpor zat dari sel satu ke sel yang lain) dan menghambat
sintesis asam nukleat sehingga pertumbuhan bakteri dapat terhambat.20
Penelitian pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti
secara in vitro pada ekstrak kulit
daun lidah buaya dengan konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100% terhadap bakteri Streptococcus mutans terdapat zona hambat pada konsentrasi 50%, 75% dan 100%. Pada konsentrasi
50% terdapat zona hambat dengan rata-rata diameter 11 mm, pada konsentrasi 75%
terdapat zona hambat dengan diameter rata-rata 14 mm dan 100% terdapat zona
hambat dengan diameter rata-rata 15 mm. Rata-rata diameter zona hambat untuk
Clorhexidin 0,2% sebesar 17 mm.
Lebih
lanjut diketahui bahwa lidah buaya mengandung berbagai
senyawa biologis aktif, seperti mannans asetat, polymanannans, antrakuinon, dan
berbagai lektin. Lidah buaya juga mengandung sekitar 75 jenis zat yang telah
dikenal bermanfaat dan lebih dari 200 senyawa lain yang membuatnya layak
digunakan dalam pengobatan herbal. Daun lidah buaya sebagian besar berisi
daging daun yang mengandung getah bening dan lekat. Sedangkan bagian luar daun
berupa kulit tebal yang berklorofil.21 Di samping itu, lidah buaya
mempunyai kandungan zat gizi yang diperlukan tubuh dengan cukup lengkap, yaitu
vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, E,choline, inositol, dan asam folat. Kandungan
mineralnya antara lain terdiri dari kalsium, sodium, besi, Zinc, dan kromium.8
Kandungan enzim-enzimnya antara lain amylase, catalase, cellulose,
carboxypeptidase, carboxyhelolase dan
brandykinase yang semuanya penting bagi metabolisme tubuh. Kandungan asam
aminonya, yakni argine, asparagin,
asparatic acid, analine, serine, valine, glutamat, threonine, glycine, lycine,
yrozine, proline, histidine, leucine, dan isoliucine.21
Zat yang bersifat antibakteri dari lidah
buaya adalah Antrakuinon, Saponin, Tanin, Flavonoid, dan Fenolat. Antrakuinon
dalam lidah buaya memiliki fungsi sebagai bahan laksatif, penghilang rasa
sakit, mengurangi racun dan antibakteri.8 Antrakuinon
merupakan suatu antimikroba yang berspektrum luas. Lidah buaya mengandung
beberapa glikosida antrakuinon (aloin, aloe-emodin, dan barbaloin). Aloe-emodin
bersifat bakterisidal terhadap Staphilococcus sp. Salah satu mekanismenya adalah dengan
menghambat transfer elektron pada rantai
pernapasan mitokondria.17
SIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan
dapat disimpulkan bahwa berkumur ekstrak
kulit daun lidah buaya konsentrasi 100% dapat menurunkan jumlah koloni bakteri Streptococcus mutans dalam rongga mulut.
Tidak ada perbedaan penurunan jumlah koloni bakteri Streptococcus
mutans dalam rongga mulut antara berkumur dengan ekstrak kulit
daun lidah buaya
konsentrasi 100% dengan berkumur Chlorhexidine gluconate 0,2%.
UCAPAN
TERIMAKASIH
Terimakasih yang sebesar-besarnya
penulis sampaikan kepada pembimbing yaitu, Dr. dr. Bagus Komang Satriyasa,
M.Repro, dan Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS,AIF, atas bimbingannya untuk
penelitian ini. Terimakasih juga kepada Kepala Laboratorium Mikrobiologi Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Atas kelangsungan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Samaranayake,
L. Essential
Microbiology for Dentistry. Churchill Livingstone : Elsevier Limited ;
2006. h. 255 – 84.
2. Biswas, S., dan Biswas, I. Role of VitAB, an ABC Transporter Complex in Viologen Tolerance in
Streptococcus mutans. Antimicrobial Agents and Chemotherapy. 2011; 55(4): 1460-9.
3. Vinogradov, A.M., Winston, M., Rupp, C.J., and Stoodley, P. Rheology
of Biofilms Formed from the Dental Plaque Pathogen Streptococcus mutans.
Biofilm 2004; 1: h. 49-56.
4.
Argimõn, S., and Caufiled, P.W. Distribution of Putative Virulence genes in Streptococcus
mutans Strain does not Correlate with Caries Experience. Journal of Clinical Microbiology 2011; 49(3) : 984-92.
5.
Suryo,
S. Patologi Gigi-Geligi :
Kelainan-Kelainan Jaringan Keras Gigi. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta 1992. h. 245-48.
6.
Parwani, S., Rajkumar N., Himasnhu. Comparative Evaluation of Anti-Plaque
Efficacy of Herbal and 0,2% Chlorhexidine Gluconate Mouthwash in a 4-day Plaque
Re-Growth Study. Journal of Indian
Society of Periodontology 2013;17
(1):
h. 365-69.
7.
Groppo,
F. C.,
Bergamaschi, CC. and
Cogo, K.. Use of phytotheraphy in dentistry.
Phytoteraphy Research. 2008;22, 993-8.
8. Hartawan, E. Y.,
Sejuta Khasiat Lidah buaya, Ed ke-1,
Jakarta, Pustaka Diantara 2012. 11-7.
9. Hartawan, E. Y.,
Sejuta Khasiat Lidah buaya, Ed ke-1,
Jakarta, Pustaka Diantara 2012. 11-7.
10. Rosenberg, J.D. Dental Cavities. Article. (Serial
Online). Available from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/
article/oo1055.htm. Accessed April 29, 2012
11.
Nakano, K., Ianaba, H., Nomura, R., Nemoto, H., Takeda, M.,
Yoshioka, H., Matsue, H., and Takahashi, T. Detection of Cariogenic Streptococcus mutans in Extirpated Heart Valve
and Atheromatous Plaque Specimens. Journal of Clinical Microbiology 2006; 44(9): 3313-7.
12.
Kathuria N, Gupta N, Manisha, Prasad R, Nikita. Biologic effects of Aloe vera 2011. h. 537-40.
13. Isabela,A. Pengaruh
Ekstrak Lidah Buaya (aloe vera) terhadap Pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa
pada Pasien Osteomielitis Bangsal Cempaka Rumah sakit Ortopedi Prof.Dr.R.Soeharso
Surakarta In Vitro. Tesis. UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret. Solo 2009 . h. 278-81.
14.
Pocock
, S. J. Clinical Trials A Practical
Approach. England : Jhon Wiley and Sons Ltd. The Atrium, South Gate,
Chichester, West Sussex 2008. h. 425-29.
15. Sabir, A.,
Aktivitas antibakteri flavonoid propolis
Trigona sp terhadap bakteri Streptococcus
mutans (in vitro), Majalah
Kedokteran Gigi. (Dent. J.) 2005; 38. (
3) 135–41.
16. Darsana, I. G.
O., Besung, I. N. K., dan Mahatmi, H., Potensi Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Tenore) Steenis)
dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Escherichia
Coli secara In Vitro, Indonesia
Medicus Veterinus 2012; 1 ( 3), 337 – 51.
17.
Rahardja,
F., Puradisastra, S., dan Angelin, A. , Aktivitas Antimikroba Gel Lidah Buaya (Aloe Vera L.) pada Acne Vulgaris yang Terinfeksi
Staphylococcus sp. Secara In Vitro,
JKM 2010;10 (1).
h. 30-6.
18.
Hidayaningtias,
P., Perbandingan efek air seduhan daun
sirih (Piper betle Linn) terhadap Streptococcus mutans pada waktu kontak dan konsentrasi yang
berbeda. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang 2008.
19.
Agustin,
D. W. Perbedaan
khasiat antibakteri bahan irigasi antara hydrogen peroksida 3% dan infusum daun
sirih 20% terhadap bakteri mix, Majalah
Kedokteran Gigi. (Dent. J.), 2005; 38. (
1) 45–7.
20. Bachtiar, S.
Y., Tjahjaningsih, W., dan Sianita, N.
Pengaruh ekstrak alga cokelat (Sargassum sp) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia
coli, Journal of Marine and Coastal
Science 2017; (1), 53
– 60.
21.
Nurmalina,
R., Herbal Legendaris Untuk Kesehatan
Anda, Jakarta, PT Elex Media Komputindo Kompas Jakarta 2012. 389-99.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar