ABSTRACT
One of the complications that can occur after tooth
extraction is dry socket. Bacterial infection is one among the various causes
of dry socket where Streptococcus mutans become one of the bacteria that have a
role as a cause. Eugenol is the main active substancethat owned by clove oil with
eugenol as antibacterial properties. The research pyupose was to determine the
effectiveness of clove oil in inhibiting the accumulation of Streptococcus
mutans bacteria in the dry socket. The research method used to see the
inhibition of clove oil 5% also the negative control of ethanol to
Streptococcus mutans bacteria in the form of clear zone using a vernier
caliper. The research result shows that the clove oil 5% effective in
inhibiting Streptococcus mutans, with the average inhibition zone of clove oil 5% was 15 mm. Statistical test
result showed significant results (ANOVA test = 0.001 with ρ <0.05). The
conclusion that can be obtained from this study was clove oil 5%may inhibit the accumulation of
Streptococcus mutans bacteria in the dry socket.
Keywords: Clove oil, Streptococcus mutans, dry socket, antibacterial.
PENDAHULUAN
Sejak jaman dahulu, minyak cengkeh digunakan sebagai analgesik alami
pada penderita sakit gigi. Minyak cengkeh merupakan produk alami yang mudah didapat
dengan harga terjangkau sehingga dapat digunakan oleh kalangan manapun. Kandungan senyawa aktif dalam cengkeh yang memiliki
manfaat kesehatan adalah minyak atsiri, eugenol,
asam oleanolat, asam galotanat, fenilin, kariofilin, resin dan gom. Kandungan utama minyak cengkeh yang memberikan
manfaat terhadap penyembuhan infeksi gigi adalah eugenol (78–98%). Zat tersebut
dihasilkan dari kelenjar minyak yang terdapat pada permukaan badan bunga
cengkeh.1 Bali memiliki daerah penghasil cengkeh dengan kualitas yang
sangat baik, terutama di daerah Singaraja. Kabupaten Buleleng saat ini tercatat sebagai penghasil cengkeh terbesar di Bali
saat ini, karena mampu memproduksi 5.522 ton dari 9.572 ton produksi Bali secara keseluruhan selama tahun 2000.1
Cengkeh termasuk tumbuhan perdu yang memiliki batang
besar, berkayu keras dan mampu
hidup hingga ratusan tahun. Tanaman cengkeh mempunyai tinggi mencapai 20–30 meter, mempunyai cabang yang cukup lebat,
panjang dan dipenuhi ranting-ranting kecil yang mudah patah. Mahkota bunga
cengkeh berbentuk kerucut, sedangkan daun cengkeh berwarna hijau dengan bentuk
bulat telur memanjang yang ujung dan pangkalnya menyudut, lebar 2–3 cm dan panjang tanpa tangkai
7,5-12,5 cm.1 Bunga dan buah cengkeh muncul
pada ujung ranting daun, pendek, dan bertandan. Pada saat masih muda, bunga
cengkeh berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning kehijau-hijauan
dan pada akhirnya berubah menjadi merah muda apabila sudah tua (Gambar 1.a). Saat
dikeringkan, bunga cengkeh akan berwarna coklat kehitaman dan berasa pedas (Gambar 1.b). Bunga cengkeh mengandung minyak atsiri, eugenol, asam oleanolat, fenilin, kariofilin,
resin, dan gom.1,6
(a) (b)
|
Gambar 1.a Cengkeh siap
panen b. Cengkeh yang sudah dikeringkan
Salah satu obat penghilang rasa sakit (analgesik) buatan yang beredar di
pasaran adalah Pulperyl® (Septodont). Obat ini banyak digunakan
oleh dokter gigi karena reaksi kerja yang cepat untuk menghilangkan rasa sakit.
Pulperyl® merupakan
kombinasi dari eugenol dengan lidocaine hydrochloride, phenol, creosote, benzyl alcohol
dan alcohol.2 Dengan kombinasi bahan
tersebut, Pulperyl® mempunyai khasiat lebih baik dari minyak
cengkeh. Meskipun demikian, penggunaan Pulperyl® sangat terbatas di masyarakat luas
karena memiliki harga yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan minyak
cengkeh.2
Pencabutan gigi (ekstraksi) dalam kedokteran gigi merupakan tindakan yang umum
dilakukan dan pada kondisi tertentu dapat menyebabkan komplikasi, salah satunya adalah dry
socket (alveolitis atau alveolar
osteitis). Dry socket disebabkan hilangnya bekuan akibat lisis, mengelupas
atau keduanya. Kelainan ini lebih sering terjadi
pada daerah molar ketiga rahang bawah, wanita perokok dan yang mengkonsumsi pil
kontrasepsi, serta setelah injeksi ligamen periodontal.3 Belum diketahui dengan pasti
bakteri spesifik yang dapat menyebabkan dry socket, namun ditemukan
peningkatan bakteri anaerob pada penderita ini. Bakteri yang banyak
ditemukan adalah Streptococcus, Staphylococcus dan Treponema
denticola, meskipun lisis juga bisa terjadi tanpa keterlibatan bakteri.
Faktor predisposisi seperti oral hygiene
yang buruk dan infeksi yang ada sebelumnya dapat memicu perkembangan bakteri.4
Streptococcus
Mutans
merupakan bakteri gram positif, bersifat non motil (tidak bergerak), bakteri anaerob fakultatif. Memiliki bentuk
kokus tunggal yang berbentuk bulat atau bulat telur dan tersusun dalam suatu
ikatan rantai. Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 180–400
Celcius. Streptococcus mutans biasanya
ditemukan pada rongga gigi manusia yang luka dan menjadi bakteri yang paling
kondusif menyebabkan karies untuk email gigi.10,11 Keterlibatan bakteri dalam patogenesis dry socket belum diketahui secara pasti sebagai
penyebab utama terjadinya dry socket.
Penelitian sebelumnya menunjukkan adanya keterlibatan Streptococcus α dan β-hemoliticus dalam material yang
dikumpulkan dari tulang alveolar manusia, dimana Streptoccocus mutans diketahui menjadi penyebab terhambatnya proses
penyembuhan tulang alveolar pada kasus dry
socket.12
Terapi dry socket pada dasarnya memerlukan terapi antibiotik dalam jangka
waktu tertentu. Penggunaan antibiotik yang tidak
tepat dapat meningkatkan resisten kuman.5 Untuk itu ingin dikembangkan
obat herbal yang memiliki daya hambat terhadap aktivitas antibakteri. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti ingin melakukan
penelitian secara in vitro terhadap
perbandingan efektifitas minyak cengkeh 5% dengan Pulperyl® 5% untuk menghambat akumulasi bakteri Streptococcus mutans.
BAHAN DAN METODE
Penelitian menggunakan rancangan
eksperimental laboratorium, dengan membandingkan
uji daya
hambat minyak cengkeh 5% dengan Pulperyl® 5% terhadap bakteri Streptococcus
mutans. Sampel minyak cengkeh yang digunakan merupakan produk
dalam kemasan hasil dari penyulingan secara tradisional yang didapatkan dari agrowisata
Santi (Kecamatan Tampak Siring, Gianyar) dan sampel Pulperyl® pembelian dari dental depo.
Alat yang digunakan adalah cawan petri, inkubator, paper disc blank, mikropipet, pinset, lampu bunsen, ose steril dan jangka
sorong. Sebelum
dilakukan penelitian, dilakukan uji pendahuluan untuk mengetahui konsentrasi
terendah yang efektif untuk menghasilkan zona hambat pada
bakteri Streptococcus mutans. Uji tersebut menunjukkan konsentrasi
minyak
cengkeh dan Pulperyl® menghambat bakteri Streptococcus
mutans
adalah pada konsentrasi 5%. Selanjutnya dilakukan uji komposisi minyak cengkeh dan pulperyl® menggunakan uji GC (Gas Chromatograph).
Bakteri Streptococcus mutans diambil dengan
menggunakan ose steril. Kemudian dioleskan secara merata di atas media Mueller Hinton Blood steril. Larutan minyak cengkeh dan Pulperyl® dengan masing-masing konsentrasi 5% dan
kontrol negatif diteteskan pada disk
blank sebanyak 10 buah. Kemudian disk
blank yang telah mengandung minyak
cengkeh dan Pulperyl® dengan masing-masing konsentrasi 5%
serta kontrol negatif diletakkan diatas media Mueller Hinton Blood yang
telah berisi bakteri Streptococcus mutans
dan diinkubasi dalam inkubator pada
suhu 370C selama 18-24 jam. Selanjutnya
dilakukan pengamatan dan pengukuran pada sampel. Pengamatan dilakukan setelah
18–24 jam masa inkubasi, dimana daerah bening merupakan petunjuk kepekaan
bakteri terhadap antibakteri yang digunakan sebagai bahan uji. Pengukuran dinyatakan dengan lebar diameter zona hambat, menggunakan jangka sorong dalam satuan millimeter (mm).
Diameter zona
hambat tersebut dikategorikan kekuatan daya antibakterinya berdasarkan
penggolongan Davis dan Stout, yaitu sebagai berikut: diameter zona bening ≥20 mm menunjukkan daya hambat sangat kuat, diameter zona bening 10–20 mm menunjukkan
daya hambat kuat, diameter zona bening 5–10 mm menunjukkan daya
hambat sedang dan diameter zona bening 2–5 mm menunjukkan daya hambat lemah. Untuk menentukan perbedaan rerata diameter
zona hambat pada minyak cengkeh 5% dan Pulperyl®
5% dianalisis menggunakan uji statistik one way anova.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Uji Gas Chromatograph (GC)
Uji Gas Chromatograph
(GC) dilakukan untuk mengetahui
jumlah kandungan eugenol dalam sampel
minyak cengkeh dan Pulperyl® (Tabel 1).
Tabel 1
Hasil uji gas chromatograph (GC)
Sampel
|
Area Eugenol
(mm)
|
Area Menthol
(mm)
|
Area
Sampel
(mm)
|
Konsentrasi
(%)
|
Minyak Cengkeh
|
9566683
|
938733
|
10,19
|
31,93
|
Pulperyl®
|
5236724
|
845309
|
6,19
|
25,20
|
Uji komposisi dengan menggunakan Gas Chromatograph (GC) pada Tabel 1
menunjukan bahwa kandungan eugenol lebih
tinggi pada sampel minyak cengkeh dibandingkan dengan kandungan eugenol pada sampel Pulperyl®. Hal ini disebabkan eugenol yang
dimiliki oleh minyak cengkeh masih murni akibat penyulingan
langsung secara tradisional tanpa adanya tambahan bahan ataupun pelarut
lainnya. Pada Pulperyl®
selain
eugenol juga terdapat tambahan bahan
lainnya seperti lidocaine hydrochloride,
medicinal creosote, phenol, sehingga dibutuhkan pelarut etanol untuk dapat
membuat bahan-bahan tersebut tercampur dengan baik. Penambahan pelarut juga dapat membuat
larutan menjadi lebih homogen, sehingga menyebabkan kandungan eugenol menjadi menurun.
2. Uji Daya Hambat
Bakteri Streptococcus mutans
Tabel 2 Diameter zona hambat bakteri Streptococcus mutans
Sampel
|
Zona Bening
(mm)
|
Simpang Baku
|
Minyak Cengkeh
|
15,33
|
0,89
|
Pulperyl
|
12,55
|
1,44
|
Kontrol Negatif
|
0,00
|
0,00
|
Tabel 3
Uji one way anova rerata diameter zona hambat bakteri
Streptococcus mutan
Sumber
Keragaman
|
Jumlah
Kuadrat
|
Kuadrat
Tengah
|
F
hitung
|
p
|
Diantara Group
|
1339,40
|
669,70
|
585,17
|
0,001
|
Didalam Group
|
30,90
|
1,14
|
|
|
Total
|
1370,30
|
|
|
|
Tabel 2 menunjukkan bahwa rerata
diameter zona hambat bakteri Streptococcus
mutans lebih
tinggi pada sampel minyak
cengkeh 5%
dibandingkan pada Pulperyl® 5%, meskipun berdasarkan
penggolongan Davis dan Stout kedua kelompok
menunjukan zona hambat terhadap bakteri Streptococcus mutans tergolong kuat. Kuatnya daya hambat berkorelasi
langsung dengan jumlah kandungan eugenol pada minyak cengkeh. Eugenol sebagai
zat aktif memiliki sifat antibakteri berperan penting
dalam menghambat akumulasi bakteri Streptococcus
mutans. Bakteri gram positif ini memiliki
kandungan lipid yang rendah (1–4%) dan memiliki hanya satu lapisan membran peptidoglikan yang tebal. Hal ini
menyebabkan pertumbuhan bakteri Streptococcus
mutans lebih
mudah dihambat..Senyawa fenol ini mampu menghancurkan protein dan memberi
reaksi pada phospolipid dari sel
membran untuk membolak-balik arus permeabilitasnya sehingga dapat menghambat
pertumbuhan bakteri.8,9
Uji one way anova dengan tingkat kemaknaan α=0,05 (Tabel 3) menunjukan menunjukan rerata yang signifikan ρ<0,05. Maka, dapat diketahui bahwa minyak cengkeh 5% dan Pulperyl® 5% mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans,
dimana minyak cengkeh 5% lebih efektif dibandingkan Pulperyl® 5%.
SIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa minyak cengkeh 5%
lebih efektif dibandingkan dengan Pulperyl®
5% dalam menghambat akumulasi bakteri Streptococcus
mutans secara in vitro.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasy V. 30
Tanaman Herbal Untuk Pengobatan Tradisional, Penerbit Sakti, 2013, Yogyakarta.
2. Dewi, Indah K, Effendy R, Rukmo M. Pengaruh Dosis dan
Lama Pemberian Pulperyl Terhadap Kematian Sel Fibroblas, JBP , 2006,vol.8, no.2., hlm. 87-92.,Universitas Airlangga,
Surabaya.
3. Cascarini L, Brennan P, Gurney B, Schilling C. Buku Saku Bedah Mulut dan Maksilofasial,
EGC Penerbit Buku Kedokteran, 2013, Jakarta
4. Sheikh M, Kiyani A, Mehdi A, Musharaf Q. Pathogenesis
And Management of Dry Socket (Alveolar Osteitis), Pakistan Oral and Dental Journal, 2010,vol.30, no. 2.
5. Nineti F. Uji
Kepekaan Antibiotik Terhadap Kuman Anaerob Pasca Pencabutan Gigi, Skripsi, 2014Universitas
Hasanudin, Makassar
6. Nurdjannah N. Diversifikasi Penggunaan Cengkeh, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pasca Panen Pertanian, 2004, vol.8, no. 2, hlm.61-70, Bogor.
7. Nurhidayati L, Sulistiowati. Penetapan Kadar Eugenol
Dalam Minyak Atsiri Dalam Tiga Varietas Bunga Cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & L.M. Perry) Secara
Kromatografi Gas, Jurnal Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila, 2013, Jakarta.
8. Javed S, Ahmad R, Haider MS, Khokar I, Mushtaq S.
Comparative Antimicrobial Activity of Clove and Fennel Essential Oils Against
Food Borne Pathogenic Fungi and Food Spoilage Bacteria, African Journal of Biotechnology, 2012, vol.11, no. 94, hlm.
16065-16070.
9. Nunez L, Aquino MD. Microbicide Activity of Clove
Essential Oil (Eugenia caryophyllata), Hygiene,
Faculty of Pharmacy and Biochemistry Journal, 2012, University of Buenos
Aires, Argentina.
10. Nugraha AW. Streptococcus mutans: Si Plak Dimana-mana,
Jurnal Farmasi USD, 2008,Yogyakarta.
11. Andries JR, Gunawan
PN, Supit A. Uji efek Anti
Bakteri Ekstrak Bunga Cengkeh Terhadap Bakteri Streptococcus mutans Secara In Vitro, Jurnal e-GiGi (eG), 2014,vol. 2, no. 2
12. Cardoso CL, Carvalho PSP, Garlet GP, Junior OF,
Rodrigues MTV. Clinical Concept of Dry Socket, American Assosciation of Oral
and Maxillofacial Surgeons Journal, 2010,Amerika
13. Kahar SF. Hubungan
Antara Kebiasaan Merokok Dengan Insidensi Terjadinya Dry Socket, Skripsi, 2012,
Universitas Hasanudin Makassar.
14. Kolokythas A, Miloro M, Olech E. Alveolar Osteitis: A
Comprehensive Review of Concepts and Controversies, International Journal of Dentistry, 2010, hlm.1-10.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar